wanita sederhana yang punya cinta sederhana

Friday, April 8, 2011

Jeritan Burung Camar

Kemarin burung camar masih bebas berteriak-teriak di antara pesisir pantai dan nyiur yang melambai
Melayang dengan tenang memandang gedung- gedung pencakar langit yg berwarna warni
Kota yang dibangun di siang hari dan dihancurkan sebelum malam menjelang
Sebuah ponema alam yang menjelaskan kemuliaan, kebesaran dan kejayaan hingga keterpurukan
Jiwa-jiwa kotor para pencuri di lorong lorong malam hari dengan nafsu muncul dari celah celah jendela

Mereka menyebarkan nafas laknat bercampur dengan cekukan orang sekarat
Pengalaman tak mampu melenyapkan tirai tirai kemunafikan, menampakan sifat kepedulian

Jiwa burung camar gemetaran
Tidak tahan menahan rasa sesak yang mencekik
Mimpi mimpi buruk tentang keterpurukan menyiksa bathin pada hatinya yang lumpuh
Hanya terdengar jerit tangis getir
Tangis terisak isak memenuhi dada dengan kepedihan dan penyesalan dari seokor burung camar

Hari ini burung camar paruhnya  kelu dan terkatup rapat
Hanya mampu memandang dengan tatapan mata kosong
Tak berteriak hanya mampu menjerit dalam hati
Dalam airmata yang diam
Senyuman yang ragu
Menyimapan beribu asa yang menjadi rahasia
Menggigil dalam keabadian         

                           *Buat Bumiku yang merindukan nyanyian burung camar*





Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Jeritan Burung Camar

0 komentar:

Post a Comment