Masih ingatkah kau tentang benih kebencian
Yang pernah kau suruh aku tuk menanamnya?
Walaupun berceceran disepanjang nafas jalan
Kupunguti satu persatu dengan tangan lemahku
Lalu benih itu kusemai diladang kehampaanku
Setiap saat ku sirami dengan airmata kepedihanku
Kupupuk dengan kekecewaanku
Kurawat dengan ratap piluku
Lihatlah kini tunas itu mulai tumbuh
Menjelma menjadi pohon kebencian
Semakin besar pohon itu semaikin besar pula rasa itu
Rantingnya menghapus bayangmu
Dahannya menghilangkan jejakmu
Daunya menyapu semua tentangmu
Dan akarnya memendam rasa kasihku
Tumbuhlah terus disudut hatiku pohon kebencianku
Berbungalah demi perihku
Berbuahlah demi kekecewaanku
Agar tak ada lagi cinta bermakna duka……
Yang pernah kau suruh aku tuk menanamnya?
Walaupun berceceran disepanjang nafas jalan
Kupunguti satu persatu dengan tangan lemahku
Lalu benih itu kusemai diladang kehampaanku
Setiap saat ku sirami dengan airmata kepedihanku
Kupupuk dengan kekecewaanku
Kurawat dengan ratap piluku
Lihatlah kini tunas itu mulai tumbuh
Menjelma menjadi pohon kebencian
Semakin besar pohon itu semaikin besar pula rasa itu
Rantingnya menghapus bayangmu
Dahannya menghilangkan jejakmu
Daunya menyapu semua tentangmu
Dan akarnya memendam rasa kasihku
Tumbuhlah terus disudut hatiku pohon kebencianku
Berbungalah demi perihku
Berbuahlah demi kekecewaanku
Agar tak ada lagi cinta bermakna duka……
0 komentar:
Post a Comment